Kelakuan Sapardi, 38 tahun, sungguh keterlaluan. Sebagai pemborong dia kelewat rakus, sampai-sampai istri tetangga sekaligus anak buahnya mau “diborong” sekalian tanpa lewat tender. Bayangkan, dikala suami Ny.Atmarini, 32 tahun, mengawasi proyeknya, istri di rumah dikeloni dan diajak “lindu setempat”. Uniknya ketika digerebek, Sapardi beralasan: sedang mbetuli HP!
Enak ngkali ya, orang selingkuh itu. Buktinya kolom ini tak pernah kehabisan bahan, ada saja orang yang memperturutkan hawa nafsunya demi kenikmatan sesaat. Padahal kalau ketahuan, citra, karier, semuanya dipertaruhkan. Itu belum seberapa, selain kehilangan muka dan masa depan, sering pula harus kehilangan nyawa. Bayangkan, sedang gusrak-gusrak berbagi nikmat, tahu-tahu ...pletakkk, kepala dibacok. Wasalamlah
Lelaki pemborong dari Kalasan, DI Yogyakarta ini agaknya tak pernah berfikir ke sana. Melihat ada perempuan begitu mulus bebas dempul, langsung pendulumnya kontak. Ketika ketemu Ny. Atmarini tetangganya itu misalnya, matanya langsung melotot macam kucing lihat dendeng. “Ccck, ccck, aku punya bini macam dia, wih...., ra kober kathokan (nggak sempat pakai celana),” katanya ngeres sekali.
Atmarini memang cantik. Dalam usia belum kapala empat, dia nampak demikian seksi menggiurkan. Kulitnya yang putih bersih, betis mbunting padi, tungkak jambon, itu semua merupakan nilai plus yang bikin jantung Sapardi selalu berdegup dan ser-serran. Baginya, Ny. Atmarini itu begitu sempurna. Kalaupun ada cacat, kenapa dia sudah menjadi milik orang. Kenapa pula Tuhan dulu tak mempertemukan dengannya, Ah....!
Menafikan moral dan etika, Sapardi mencoba menempel wanita itu. Kebetulan Daryun, 35, suami Atmarini sedang menganggur. Maka dengan berlagak sebagai dewa penolong, Sapardi menawarkan pekerjaan. Daryun yang tak tahu politik tetangganya tersebut, mau saja. Apa lagi dia langsung diberi posisi mandor proyek, dapat fasilitas sepeda motor baru. “Kamu naik motor baru, binimu nanti gentian kunaiki,” batin Sapardi lagi-lagi ngeres.
Posisi Daryun kini jadi turun setingkat dengan Sapardi tetangganya. Sebagai bawahan di PT. Bangun Asmara, dia harus tunduk atas segala perintah Sapardi selaku direktur utama. Ketika perusahaan punya acara, Atmarini bininya diminta bantu-bantu urusan belakang, bahkan untuk bagian terima tamu pula. Alasanya, orang cantik kan enak dibuat pethetan (tanaman hias).
Usaha Sapardi mengena, terbukti dia mulai menjadi akrab dengan Ny. Atmarini. Pelan tapi pasti pak pemborong ini mulai menghembuskan angin-angin asmaranya. Rupanya istri Daryun juga menangkap dan memahami aspirasi arus bawah sang boss. Buktinya ketika tangan Sapardi mulai nakal ketika dalam satu mobil, Atmarini diam saja. Cuma yang suka bikin pemborong itu kesal, bila dalam mobil banyak orang, disuruh duduk di depan tak mau. “Sama saja Pak, di sini juga nggak apa....,” katanya.
Namun tak hanya sampai di situ usaha pendekatan Sapardi. Sekali waktu ketika Atmarini mengantar makanan ke rumah, langsung saja disergap di ruang tamu. Kebetulan situasinya memang mantap terkendali. Tenyata istri Daryun tak berontak. Jadilah keduanya cucuk-cucukan (patuk-patukan) bagaikan burung balam ketemu jodohnya.
Gelagat ini membuat Sapardi makin berbunga-bunga. Bila kemarin hanya bibir, target selanjutnya pastilah berlebih. Pemborong dari Desa Tamanmartani Kecamatan Kalasan Kabupaten Slemen ini mulai menebar jaring. Daryun diminta mengawasi proyek di luar kota. Nah, saat suaminya tak di rumah, malam-malam Sapardi merayap ke rumah Atmarini. Di kala lindu (gempa) belum menggoyang Kalasan kala itu, Sapardi-Atmarini sudah bikin “lindu setempat” sendiri di kamar. Kriyet, kriyet...!
Malam-malam berikutnya selalu begitu yang terjadi, sehingga sekali waktu dipergoki tetangga. Ada apa Sapardi malam-malam ke rumah Atmarini yang baru ditinggal suami jaga proyek? Karena lama tak keluar juga, warga pun lalu mengintip. Masya Allah, pemborong dan istri anak buahnya itu ternyata sedang tumpang tindih berbagi asmara. “Gropyokkk, gropyokkkk....!”, kata warga yang tak sabaran.
Atmarini-Sapardi segera mengemasi pakaian masing-masing. Pak pemborong bermaksud kabur lewat pintu dapur, tapi eitttt, sudah dikepung warga. Maka dengan mudah dia bisa dibekuk dan digelandang ke rumah pak RT. Untungnya warga masih bersabar, keduanya tak diproses hukum kecuali hanya bikin pertanyaan tobat nasuha saja. Yang unik, ketika diinterogasi Sapardi sempat berkelit bahwa kala itu hendak memperbaiki HP Atmarini. Ah yang bener, HP yang colokannya ada di bawah ya?