Janda Muda Menunggu Janji

Aneh memang jalan pikiran Pawiro, 65 tahun, dari Sragen (Jateng) ini. Berani selingkuh tapi tak berani tanggungjawab. Coba bayangkan, ketika Diani, 35 tahun, mengajaknya kawin, dia menunda-nunda dengan alasan tunggu istrinya meninggal. Tapi kapan, lha nggak tahulah yauw! Saking kesalnya janda muda tersebut, dia nekad cari perhatian dengan cara memanjat menara (BTS) telepon seluler.

Tua-tua keladi makin tua makin menjadi, agaknya pepatah sekaligus gambaran perilaku Mbah Pawiro. Bagaimana tidak? Usia sudah bau tanah, masih juga celamitan lihat daun muda. Ketika kenal Ny. Diani yang baru menjalani kehidupan jandanya, dia mulai mbagusi (jual tampang). Padahal di rumah, dia masih punya tanggungjawab mbah putri yang kini sudah berusia 53 tahun. Kalau dia main gila begitu, lalu mau dikemanakan neneknya putra wayah (anak cucu) tersebut?

Itu kalau orang normal. Lha Mbah Pawiro ini memang sedang degleng (gila). Soal usia bagi dia bukan masyalllah. Tua-tua boleh saja main perempuan, karena itu merupakan bagian dari desirvikasi menu. “Masak setiap hari ketemu sayur lodeh terus, sekali-kali ya nyobain yang timlo solo atau garang asem,” kata Mbah Pawiro ketika diingatkan teman seangkatannya.

Konyolnya, si Diani mau saja dipacari kakek-kakek jompo tersebut. Sepertinya di Sragen sana sudah kehabisan stok kaum lelaki. Tapi dia ternyata punya alasan sendiri, kenapa mau dipacari oleh lelaki gaek tersebut. Katanya, di samping memperoleh obat dingin dalam kondisi darurat, dia juga mengharapkan harta warisan. Kalau sudah diperisti oleh Mbah Pawiro, otomatis kalau meninggal kan menerima juga hak waris.

Alasan itulah yang membuat Diani mau saja dikencani Mbah Pawiro, meski belum jadi istrinya. Padahal, kalau janda muda itu sekadar mencari obat dingin, rasanya juga bukan pilihan tepat. Soalnya dalam usia kepala enam sekarang ini, sepakterjangnya sudah lamban. Kalau pemain bola kelas piala dunia, mungkin dia Pele-lah. Dulu memang hebat. Tapi sekarang baru menggiring bole menuju gawang saja sudah ngos-ngosan.

Herannya, ketika semua “asset”-nya sudah diserahkan, Mbah Pawiro tak juga menikahi. Janda dari Kauman Wetan ini pernah menanyakan hal itu, tapi katanya si kakek beralasan, perkawinan secara resmi menunggu sampai mbah putri meninggal. Tapi kapan, ya tidak tahulah. Apalagi usia mbah putri terpaut lebih muda 12 tahun. “Jangan-jangan malah Mbah Pawiro dulu yang jeleding (meninggal)...,” kata Diani saking kesalnya.

Ironisnya, Mbah Pawiro tetap tak peduli dengan alasan WIL-nya tersebut. Katanya, kalau mau menunggu ya ditunggu sampai Mbah Putri meninggal. Soal usia dirinya yang jauh lebih tua dari bininya, itu bukan ukuran dan jangan dijadikan patokan. Umur itu milik Allah. Jadi kalau yang di atas, bisa saja si istri yang lebih muda malah mati duluan.

Diani jadi dongkol sekali mendengar alasan kakek-kakek dari Desa Jambanan Kecamatan Kecamatan Sidoharjo ini. Untuk menarik perhatian, sekaligus sebagai lambing keputus-asaannya, Diani tanpa pikir panjang lalu memanjat menara BTS milik operator telepon seluler. “Nek mbah Pawiro ora ndang ngrabeni aku, aku anjlog tenan (kalau mbah Pawiro tak juga mengawiniku, aku mau terjun nih),” ancam Diani dari atas.

Orang-orang warga Desa Sukomanto tempat BTS itu berada, tentu saja jadi gempar. Ada apa gerangan seorang perempuan berani-beraninya manjat menara segala, apa tidak khawatir kecantel (tersangkut)? Mereka baru ngeh ketika Diani berulangkali menyebut nama Mbah Pawiro warga Jambanan. Maka kakek-kakek genit itu segera dihadirkan, agar mampu merayu sijanda turun ke bumi lagi.

Lelaki celamitan ini awalnya menolak dikait-kaitkan dengan Diani, karena merasa malu ditelanjangi di depan khalayak. Tapi karena warga terus mendesaknya, tak ada jalan lain kecuali menurut saja. Sambil melambai-lambaikan uang Rp 1 juta dia minta selingkuhannya itu turun. “Meduna, gila tak sedhiyani dhuwit sakyuta (turunlah, ini ada uang Rp 1 juta untukmu),” kata Mbah Pawiro dengan napas tersengal-sengal.

Agaknya Diani tak tergiur oleh uang Rp 1 juta. Dia tetap menuntut Mbah Pawiro menikahinya dulu. Lantaran aparat desa tak bisa mengatasi, terpaksa petugas Polsek Sidiharjo menurunkannya secara paksa. Justru karena ulah si janda, skandal Mbah Pawiro jadi ketahuan orang sekampung. Rupanya Diani nekad manjat menara, karena sudah “dipanjat” tapi tak dikawini.
 
berita unik